Ketika malam di pertengahan bulan Syaban dan itu di malam Jumaat, saya meneguk khamr kemudian tidur belum sholat isya'. Maka saya bermimpi seolah-olah qiyamat itu terjadi, dan terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan saya berada bersama mereka, kemudian saya mendengar sesuatu yang bergerak di belakangku, dikala saya menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan membuka mulutnya menuju kearahku, maka saya lari tunggang langgang lantaran ketakutan, di tengah jalan kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan bacin yang semerbak, maka saya ucapkan salam atasnya ia pun menjawabnya, maka saya berkata : "Wahai syaikh ! Tolong lindungilah saya dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka syaikh itu menangis dan berkata padaku : "Aku orang yang lemah dan ular itu lebih berpengaruh dariku dan saya tak bisa mengatasinya, akan tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu", maka saya bergegas lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga hingga pada ujung tebing itu, saya lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja saya terjatuh kedalamnya lantaran rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang menjerit memanggilku, "Kembalilah engkau lantaran engkau bukan penghuni Neraka itu!", saya pun hening mendengarnya, maka turunlah saya dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan saya katakan, "Wahai syaikh, saya mohon kepadamu supaya melindungiku dari ular itu namun engkau tak bisa berbuat apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang lemah tetapi pergilah ke gunung itu lantaran di sana terdapat banyak simpanan kaum muslimin, jika engkau punya barang simpanan di sana maka barang itu akan menolongmu."
Aku melihat ke gunung yang bundar itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya memiliki daun-daun pintu dari emas dan di setiap daun pintu itu memiliki tirai sutera. Ketika saya lihat gunung itu, saya pribadi lari lantaran kutemui ular besar lagi. Maka tatkala ular itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu-pintunya dan mendakilah ke sana!" Mudah-mudahan ia punya barang titipan di sana yang sanggup melindunginya dari musuhnya (ular). Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajah berseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku maka saya kebingungan, berteriaklah belum dewasa itu : "Celakalah kau sekalian! Cepatlah naik semuanya lantaran ular besar itu telah mendekatinya". Maka naiklah mereka dengan serentak, saya lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka. Ketika ia melihatku, ia menangis dan berkata : "Ayahku, demi Allah!" Kemudian ia melompat kolam anak panah menuju padaku, kemudian ia ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian ia ulurkan tangan kanannya ke ular itu, namun hewan tersebut lari.
Kemudian ia mendudukkanku dan ia duduk di pangkuanku, maka saya pegang tangan kanannya untuk menghelai jenggotku dan berkata : "Wahai ayahku! Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah". (QS. Al-Hadid : 16). Maka saya menangis dan berkata : "Wahai anakku! Kalian semua faham ihwal Al-Quran", maka ia berkata : "Wahai ayahku, kami lebih tahu ihwal Al-Quran darimu", saya berkata : "Ceritakanlah padaku ihwal ular yang ingin membunuhku", ia menjawab : "Itulah pekerjaanmu yang jelek yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan memasukkanmu ke dalam api Neraka", saya berkata : "Ceritakanlah ihwal Syaikh yang berjalan di jalanku itu", ia menjawab : "Wahai ayahku, itulah amal soleh yang sedikit hingga tak bisa menolongmu", saya berkata : "Wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", ia menjawab : "Kami yaitu belum dewasa orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu kalian hingga tiba pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian".
Berkata Malik : "Maka akupun takut dan saya tuangkan seluruh minuman keras itu dan kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian saya bertaubat pada Allah, dan inilah dongeng ihwal taubatku pada Allah". Wallohu a'lam.
Sumber : Kitab At Tawwabin Ibnu Qudamah
Kisah Islami
Belum ada Komentar untuk "Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker