
Baca Juga: Bilal Yang Betpegang Teguh Kepada Keimanan
Kisah ini menceritakan ihwal sebuah desa orang-orang Yahudi yang terletak di pesisir lautan, iaitu sebuah desa pesisir di antara desa-desa yang mereka diami. Orang-orang Yahudi setempat telah diperintahkan Allah untuk tidak berburu dan menangkap ikan pada hari Sabtu dan mereka dibolehkan untuk menangkap pada hari-hari lain dalam sepekan.
Allah telah menguji mereka dengan kewajiban ini, di mana ikan-ikan itu menjauhi mereka dan jarang ditemui pada hari-hari dibolehkannya menangkap ikan, sementara pada hari Sabtu ikan-ikan itu justru banyak mendatangi mereka dengan terapung-apung di sekitar mereka.
Syaitan pun membisiki hati sekelompok orang dari penduduk desa dan membujuk mereka untuk menangkap ikan. Akan tetapi, bagaimana caranya mereka sanggup mengelak dari perintah Allah tersebut? Syaitan mengatakan alibi, cara tipu daya, serta membimbing mereka kiat biar sanggup menangkap ikan pada hari Sabtu.
Penduduk desa itu terbahagi menjadi dua kelompok dalam menghadapi kelompok yang melanggar batas tersebut. Kelompok pertama yakni orang-orang soleh dari para dai yang menjalankan kewajiban mereka dalam dakwah dan memprotes orang-orang yang mengakali perintah-perintah Allah dengan banyak sekali alibi, pelanggaran, dan perburuan mereka pada hari Sabtu.
Kelompok kedua yakni orang-orang yang berdiam diri, yang membisu melihat pelanggaran orang-orang yang melampaui batas, dan mereka justru melontarkan celaan dan penentangan terhadap orang-orang soleh yang berdakwah, dengan alasan bahawa tidak ada keuntungannya menasihati dan memperingatkan sekelompok orang yang memang sudah sepantasnya binasa dan akan menerima azab.
Orang-orang soleh itu menjelaskan kepada orang-orang yang mencela mereka dan mendiamkan kemungkaran itu bahawa mereka memprotes kemungkaran itu dengan tujuan melepaskan tanggungjawab di hadapan Allah dan demi menunaikan kewajiban serta biar mereka mahu bertakwa.
Ketika azab Allah menimpa orang-orang yang melampaui batas itu, maka Allah mengubah wujud mereka menjadi monyet-monyet hina. Perubahan bentuk wujud itu memang terjadi sesungguhnya. Tidak usang sesudah berubah wujud menjadi monyet yang tidak memiliki keturunan, mereka alhasil mati.
Allah menyelamatkan orang-orang soleh para dai itu. Sementara itu, Al-Quran tidak menjelaskan nasib orang-orang yang diam, barangkali kerana mereka tidak bererti dan hina di mata Allah. Kerana mereka tidak disebutkan bersama orang-orang yang selamat maka sepertinya mereka termasuk orang-orang yang binasa dan terkutuk.
Kisah Hikmah Yahudi
Belum ada Komentar untuk "Hari Sabtunya Orang Yahudi"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker